Rabu, 10 Desember 2014

AKTIVA TIDAK BERWUJUD


Menjelaskan karakteristik utama dari aktiva tak berwujud.
1.      Dapat diidentifikasi. Jika :
a.       Dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual, dipindahkan, dilisensikan, disewakan, baik bersama-sama dengan kontrak terkait, asset atau liabilitas teridentifikasi, terlepas dari apakah entitas bermaksud untuk melakukan hal tersebut.
b.      Timbul dari kontrak atau hal legal lainnya, terlepas dari apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban lainnya.
2.      Control
Asset tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan manfaat ekonomis dan dapat membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomis tersebut.
Contohnya : formula rahasia.
Pengendalian tersebut timbul karena adanya hak legal yang memiliki kekuatan dalam suatu pengadilan
3.      Tidak mempunyai wujud fisik
Dalam beberapa kondisi asset tak berwujud memiliki elemen fisik sehingga perlu pertimbangan untuk menentukan apakah suatu asset tersebut merupakan asset berwujud atau tak berwujud.
Selain itu, ada tiga karakteristik lainnya, yaitu :
a.       Kurang memiliki eksistensi fisik aset  tidak  berwujud  memperoleh  nilai  dari  hak  dan  keistimewaan  atau  privilege  yangdiberikan kepada perusahaan yang menggunakannya
b.      Bukan merupakan instrumen keuanganAset tidak berwujud merupakan instrumen keuangan dan menghasilkan nilainya dari  hak(klaim) untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan.
c.       Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasiAset tidak berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun-tahun. Investasi dalam asetini biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi periodik.
Selain tiga karakteristik utama tersebut, terdapat juga beberapa karakteristik pendukung aset tidak berwujud, yaitu:
a. Aset  tidak  berwujud  diperoleh  melalui  pencairan/pengembangan  atau  dibeli  baik  secaraterpisah atau menjadi satu dengan aset lain;
b. Aset tidak berwujud digunakan dalam operasi perusahaan secara tidak langsung.
c. Aset tidak berwujud sangat dipengaruhi oleh aktivitas pesaing.
d. Aset tidak berwujud hanya memiliki nilai pada suatu perusahaan.
e. Aset tidak berwujud bukan ditentukan umur ekonomisnya.

Menjelaskan biaya-biaya yang termasuk penilaian awal aktiva tak berwujud.
      Berdasarkan PSAK 19 paragraf 27 (revisi 2009) biaya perolehan aset tidak berwujud terdiri dari:
a.    harga  beli,  termasuk  bea  masuk  (import),  dan  pajak pembelian yang  tidak  dapat  dikembalikan,  setelah dikurangkan diskon dan rabat: dan
b.    segala  biaya  yang  dapat  dikaitkan  secara  langsung dalam mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan.
Setelah asset diperoleh, entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya. Jika aset tidak berwujud dicatat dengan menggunakan model revaluasi, maka semua aset lain dalam kelompok tersebut diperlakukan dengan menggunakan model yang sama, kecuali tidak ada pasar aktif untuk aset tersebut.
1)                  Model Biaya
Setelah pengakuan awal, aset tak berwujud dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasian dikurangi akumulasi amortisasi selanjutnya dan akumulasi rugi penurunan nilai aset selanjutnya. Untuk tujuan revaluasian, nilai wajar ditentukan dengan menggunakan referensi dari nilai pasar aktif. Revaluasi dilakukan secara rutin sehingga pada akhir tiap periode pelaporan jumlah tercatat aset tak berwujud tersebut tidak memiliki perbedaan yang material dengan nilai wajarnya. 
Model revaluasian tidak memperbolehkan :
a)                  Revaluasian aset tak berwujud yang sebelumnya belum pernah diakui sebagai aset.
b)                  Pengakuan awal aset tak berwujud pada jumlah tertentu selain biaya perolehannya.
Jika aset tak berwujud direvaluasi, maka akumulasi biaya amortisasi pada tanggal revaluasi:
·                     Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan jumlah tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi menjadi sama dengan nilai revaluasiannya, atau
·                     Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah neto setelah eliminasi disajikan sesuai dengan nilai revaluasian aset tersebut.
Jika suatu aset tak berwujud dalam sekelompok aset tak berwujud yang direvaluasi tidak dapat direvaluasi karena tidak terdapat pasar aktif untuk aset berwujud tersebut, maka aset tak berwujud dicatat pada harga perolehan dikurangi akumulasi amortisasi dan amortisasi rugi penurunan nilai.
Jika nilai wajar aset tak berwujud yang direvaluasi tidak lagi dapat ditentukan dengan referensi pasar aktif, maka jumlah tercatat aset tak berwujud tersebut adalah nilai revaluasian pada tanggal terakhir kali revaluasi dilakukan dengan referensi nilai pasar aktif dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Jika jumlah tercatat aset tak berwujud mengalami peningkatan akibat revaluasi, maka peningkatan tersebut diakui sebagai pendapatan komprehensif lain dan diakumulasikan di ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun peningkatan tersebut diakui dalam laporan laba rugi untuk membalik penurunan revaluasi aset yang diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi.
Jika jumlah tercatat aset tak berwujud mengalami penurunan akibat revaluasi, maka penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi . Namun, penurunan tersebut diakui pada pendapatan komprehensif lain jika terdapat saldo kredit dalam surplus revaluasi atas aset tersebut. Pengakuan penurunan di pendapatan komprehensif lain mengurangi jumlah yang terakumulasi di ekuitas pada bagian surplus revaluasi.


Mengilustrasikan prosedur amortisasi aktiva tak berwujud.
PT. Haliman membeli paten dengan harga perolehan  Rp 300 juta, pada tanggal 1 Januari 2010. Paten tersebut memiliki masa manfaat 15 tahun.
1 Jan 2010       Paten               Rp 300.000.000
                        Kas                              Rp 300.000.000

31 Des 2010    Beban Amortisasi                                Rp 20.000.000
                        Paten (akumulasi amortisasi)                           Rp 20.000.000

*amortisasi per tahun = Rp 300 jt/15 th = Rp 20 jt.

Menjelaskan jenis-jenis aktiva tak berwujud.
a.       Yang terkait dengan pemasaran
Contohnya: merek dagang atau nama dagang, nama domain internet.
Merek dagang atau nama dagang memiliki perlindungan hokum untuk sejumlah pembaharuan kembali yang tak terbatas dalam masing-masing periode selama 10 tahun.
Mengakpitalisasi biaya akuisisi.
Tidak ada amortisasi.
b.      Yang terkait dengan pelanggan
Contohnya : daftar pelanggan, catatan pesanan atau catatan produksi, dan hubungan dengan pelanggan yang terkait kontrak maupun yang tidak.
Mengakpitalisasi biaya akuisisi.
Diamortisasi selama masa manfaatnya.
c.       Yang terkait dengan seni
Contohnya : hak kepemilikan naskah drama, karya sastra, karya music, gambar, foto, dan materi video dan audiovisual.
Hak cipta diberikan selama umur penciptanya ditambah 70 tahun .
Mengkapitalisasi biaya akuisisi.
Diamortisasi selama manfaatnya.
d.      Yang terkait dengan kontrak
Contohnya : perjanjian lisensi, ijin bangunan, hak siaran, dan kontrak jasa dan pasokan.
Biaya waralaba dengan umur yang terbatas harus diamortisasisebagai beban amortisasi selama umur waralaba.
Waralaba dengan umur yang tak terbatas seharusnya dicatat pada biaya dan tidak diamortisasikan.
e.       Yang terkait dengan teknologi.
Contohnya : teknologi yang dipatenkan,  dan rahasia dagang yang dipatenkan oleh U.S Patent and Trademark Ofiice.
Paten memberikan kepada pemegangnya hak eksklusif selama periode 20 tahun.
Mengkapitalisasi biaya pembelian paten.
Segala biaya pengembangan dibebankan pada saat terjadinya.
Biaya hokum dan biaya lainnya yang berhasil untuk mempertahankan tuntutan paten didebit ke paten.
f.       Goodwill
Hanya dicatat jika keseluruhan perusahaan dibeli karena tidak dapat dipisahkan dari perusahaan secara keseluruhan.
Goodwill adalah sisa kelebihan biaya atas nilai wajar aktiva bersih yang dapat diidentivikasi yang diakuisisi.
Goodwill yang dibuat internal tidak boleh dikapitalisasikan.  

Menjelaskan konsep goodwill.
Hanya dicatat jika ada pembelian perusahaan, karena goodwill tidak bisa dipisahkan dengan perusahaan secara keseluruhan. 
Goodwill dicatat sebesar kelebihan harga beli diatas nilai wajar aset yang diperoleh.
Goodwill yang diciptakan secara internal tidak boleh dikapitalisasi.
Penghapusan goodwill :
Goodwill memiliki umur tak terbatas.
Tidak boleh diamortisasi.
Hanya disesuaikan nilai bukunya ketika goodwill mengalami penurunan nilai.
Harga kesepakatan (terjadi saat harga beli lebih rendah dari nilai wajar aset bersih) :
            Harga beli lebih rendah dari nilai wajar aset yang dibeli.
            Perbedaan itu dicatat sebagai Laba pembelian.
Mengilustrasikan prosedur akuntansi untuk pencatatan goodwill.
      Setelah diakui, goodwill tetap ada di pembukuan perusahaan pada jumlah awalnya yang tercatat, kecuali jika ada bukti bahwa nilainya menurun. Keberatan utama perusahaan terhadap metode pembelian dibandingkan terhadap metode penyatuan kepemilikan adalah karena metode ini mengakibatkan  pengakuan goodwill yang diamortisasi dan mengakibatkan penurunan laba yang dilaporkan pada tahun berikutnya. Menurut FASB Statement No. 142, goodwill tidak lagi diamortisasi untuk tujuan pelaporan keuangan.

 1.    Goodwill yang diciptakan secara internal
Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak boleh dikapitalisasi dalam akun, karena pengukuran komponen goodwill terlalu kompleks dan menghubungkan setiap biaya dengan manfaat masa depan yang sulit. Goodwill bida saja muncul tanpa biaya khusus untuk mengembangkannya.
2.    Goodwill yang dibeli
Goodwill hanya dicatat jika keseluruhan perusahaan dibeli, karena goodwill merupakan suatu penilaian “going concern” dan tidak dapat dipisahkan dari perusahaan secara keseluruhan. Untuk mencatatgoodwill, nilai pasar wajar dari aset berwujud bersih dan aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi dibandingkan dengan harga beli perusahaan yang diperoleh.
Tiga pendekatan dasar yang disarakan untuk mengamortisasi goodwill, yaitu:
1.    Membebankan goodwill dengan segera ke ekuitas
Perlakuan akuntansi goodwill yang dibeli dan goodwill yang dihasilkan secara internal harus dikonsisten. Goodwill yang dihasilkan secara internal langsung dibebankan dan tidak tampak sebagai suatu aset: perlakuan yang sama juga harus diberikan untuk goodwill yang dibeli.
2.    Mempertahankan goodwill untuk jangka waktu tidak terbatas kecuali terjadi penurunan nilai
Goodwill dapat memiliki umur yang tidak terbatas dan harus dipertahankan sebagai aset hingga terjadi penurunan nilai.
3.    Mengamortisasi goodwill selama masa manfaat
Nilai goodwill pada akhirnya akan menghilang dan sudah sewajarnya jika aset tersebut dibebankan sebagai beban selama periode yang dipengaruhi. Prosedur ini menyediakan penandingan biaya dan pendapatan yang lebih baik.
Rounded Rectangle: Metode Perhitungan Goodwill 


Contoh:
Laba bersih Alfa Company adalah sebagai berikut:
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Jumlah
Rp   6.000.000
Rp   5.000.000
Rp   4.500.000
Rp   2.000.000
Rp   3.000.000
Rp   4.000.000
Rp 24.500.000


Penghasilan bersih rata-rata per tahun Rp 24.500.000 : 5 = Rp 4.900.000. Penghasilan tiap tahun yang akan datang ditaksir sebesar Rp 5.000.000. Pada tanggal 1 Januari 2010 aset (tanpa goodwill) dinilai sebesar Rp 50.000.000, Utang sebesar Rp 4.500.000.
1.    Kapitalisasi Pendapatan Bersih Rata-rata
Jumlah yang akan dibayarkan untuk perusahaan yang dibeli dihitung dengan mengkapitalisasi taksiran penghasilan yang akan datang dengan tarif. Selisih jumlah yang akan dibayarkan dengan nilai bersih aset adalah jumlah yang akan dicatat sebagai goodwill. Hasil yang diharapkan investasi diharapakan sebesar 10% maka jumlah yang akan dibayar dihitung sebagai berikut:
Jumlah yang dibayarkan: Rp 4.500.000 x 100/10                      = Rp  4.500.000
Taksiran nilai aset          : Rp50.000.000 – Rp 5.000.000       = Rp 45.000.000
 Goodwill                                                                                 = Rp 49.500.000

2.    Kapitalisasi Kelebihan Penghasilan Rata-rata
Berdasarkan contoh soal yang sama diatas, hasil yang diharapkan dari investasi tersebut sebesar 10% dan kelebihan penghasilan akan dikapitalisasi dengan tarif 20%. Kelebihan penghasilan dihitung sebagai berikut:
Hasil yang normal               : 10% x Rp 45.500.000               = Rp  4.500.000
Taksiran penghasilan          :                                                    =Rp  5.000.000      
 Goodwill                                                                                 = Rp  1.000.000

Harga beli perusahaan (termasuk goodwill) dihitung sebagai berikut:
Nilai aset            : Rp 50.000.000 – Rp 4.500.000                        = Rp 45.500.000
Nilai goodwill    : Rp 1.000.000 x 100 / 20                                      = Rp  5.000.000
Jumlah aset + goodwill                                                                  = Rp 50.500.000

           
Menjelaskan permasalahan akuntansi yang berkaitan dengan penurunan nilai aktiva tak berwujud
Permasalahan akuntansi aktiva tak berwujud tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap, diantaranya adalah penentuan nilai perolehan, perlakuan akuntansi selanjutnya terhadap nilai perolehan tersebut dalam kondisi usaha normal (amortisasi), dan perlakuan akuntansi atas penurunan nilai aktiva tak berwujud yang material dan permanen.
Kesulitan yang dihadapi dalam pemecahan masalah perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud ada
umumnya disebabkan oleh sifat aktiva tersebut, seperti tidak adanya wujud fisik yang menyebabkan bukti keberadaannya kabur, dan kesulitan dalam penentuan nilai perolehan serta masa manfaat keekonomiannya.
Ciri khas aktiva tak berwujud yang paling utama adalah tingkat ketidakpastian mengenai nilai dan manfaatnya di kemudian hari.  Aktiva tak berwujud ada dan mempunyai nilai karena eksistensinya yang berkaitan dengan aktiva berwujud perusahaan .
      Penurunan nilai aset tak berujud dengan umur terbatas.
Sama dengan penurunan nilai pada aset tetap.
Contoh :
Nilai buku hak paten setelah penurunan nilai adalah $2,000,000. biaya amortisasi sebesar $400,000 ($2000,000 / 5) sisa umur hak paten tinggal 5 tahun. Biaya amortisasi dan nilai buku setelah penurunan nilai dapat dilihat pada tabel berikut ini:
      Penurunan nilai aset tak berujud dengan umur tak terbatas.
Harus dilakukan pengujian apakah mengalami penurunan nilai paling tidak setiap tahun.
Uji penurunan nilai sama seperti aset tak berujud dengan umur terbatas. Yaitu:
Bandingkan nilai yang bisa dihasilkan dengan nilai buku aset.
Jika nilai yang bisa dihasikan lebih kecil berarti aset tak berujud mengalami penurunan nalai.
Contohnya :
Arcon Radio membeli lisensi penyiaran seharga $2,000,000 dari GCC.  Lisensi tersebut akan diperpanjang setiap 10 tahun sekali dengan biaya yang minimum. Arcon Radio telah memperpanjang lisensi dua kali. Saat ini PT GCC memutuskan untuk tidak memperpanjang lagi dan akan menjual kepada penawar tertinggi. Berdasarkan kondisi saat ini PT Acon memperkirakan nilai wajar dikurangi biaya penjualan sebesar  $1,500,000.
Carrying Value                        $2,000,000
Recoverable amount   ( 1,500,000)
Loss on impairment     $   500,000

Mengilustrasikan penyajian aktiva tak berwujud di Laporan Posisi Keuangan
      Laporan posisi keuangan
Aset tak berujud dilaporkan sebagai item yang terpisah.
Pelaporannya seperti pelaporan pada aset tetap (PPE)
Contra accounts tidak boleh diperlihatkan untuk aset tak berujud. Perusahaan harus melaporkan secara terpisah seluruh aset tak berujud kecuali goodwill.

      Laporan Laba (rugi)
Biaya amortisasi.
Kerugian penurunan nilai dan kenaikan kembali selain goodwill dipisahkan (biasanya pada bagian operasi).
           








Daftar pustaka

Intermediate Accounting IFRS Edition Kieso, Weygandt, and Warfield
Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK 1 oleh Dwi Martani, Sylvia Veronica NPS, dkk.