Belajar
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.
Menurut Amo.F Witting dalam buku Theory
and Problems of Psychology of Learning mengatakan bahwa kegiatan belajar
sekarang dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman belajar masa lampau,
kemampuan yang dimiliki sekarang, dan tugas/bahan yang dipelajari atau metode belajar
mengajar yang dipakai. Dan bagi sebagian pelajar, sejarah adalah hal yang
sangat membosankan, padahal seperti yang kita ketahui, mempelajari sejarah
merupakan salah satu cara agar dapat lebih dalam mengenal suatu negara,
kepimpinan seseorang bahkan dapat mempelajari bagaimana memperkuat kodisi suatu
negara ketika ada masalah. Hal itu dikarenakan selain membutuhkan hafalan untuk
mengingatnya, dibutuhkan keuletan dalam membaca juga untuk memahami bagaimana
jalannya cerita. Pada saat membaca, buatlah dirimu “tenggelam” dalam apa yang
tengah dibaca. Sebagai contoh, ketika sedang mempelajari sejarah Perang Dunia
II, ada baiknya sambil membayangkan sedang berada ditengah-tengah suasana tahun
1940-an. Menurut Buku Ajar Bimbingan Konseling Kelas XI, mengucapkan kembali
kalimat atau kata-kata penting dalam buku untuk membuat semua indra aktif pada
saat membaca sehingga apa yang dibaca dapat diingat dalam waktu yang lama. Lain
halnya dengan menghafal, kabanyakan ahli pssikologi menyebutkan tiga komponen
ingatan manusia, yaitu sensory register, short-term memory (ingatan jangka
pendek), dan long –term memory (ingatan jangka panjang). Agar informasi yang
ditangkap oleh panca indra dapat bertahan lama, diperlukan
perhatian/keterlibatan seseorang terhadap informasi tersebut. Perhatian
tersebut berupa perilaku dan pikiran yang terarah pada informasi yang ditangkap
oleh panca indra. Misalnya : dengan fokus mendengarkan penjelasan guru, tidak
mengobrol ketika mendengarkan pelajaran, dan sebagainya.
Selain
itu, menurut para ahli terdapat beberapa factor penyebab kesulitan dalam memahami
suatu pelajaran khususnya sejarah. Antara lain : Faktor Fisiologis yaitu
terkait dengan kurang berfungsinya otak, susunan saraf, ataupun bagian
tubuh yang lainnya. Faktor Sosial
yaitu faktor penyebab kesulitan belajar yang berkaitan dengan sikap dan keadaan
keluarga serta masyarakat sekitar yang kurang mendukung. Faktor Kejiwaan yaitu kurang mendukungnya perasaan hati (emosi)
siswa untuk belajar sungguh-sungguh. Faktor
Intelektual yaitu berkaitan dengan kurang sempurna atau kurang normalnya
tingkat kecerdasan. Dan yang terakhir adalah Faktor Kependidikan yang berkaitan dengan belum mantapnya lembaga
pendidikan secara umum.
Berdasarkan
masalah yang terdapat pada remaja diatas, maka harus ada belajar yang sesuai
agar pelajar dapat menyerap dan mempelajari sejarah dengan baik. Gaya belajar
yang biasa digunakan setiap orang ada bermacam-macam, menurut De Porter dan
Hernacki dalam Buku Ajar Bimbingan Konseling yaitu visual (mendengar),
auditorial
(melihat), atau kinetik (bergerak, bekerja dan menyentuh). Mendengar dapat
berupa mendengarkan rekaman, ataupun mendengarkan radio. Melihat dapat berupa menonton kronologi
peristiwa yang terjadi sesuai pelajaran yang sedang dipelajari saat itu, sesuai
tahun, jam, dan sebagainya. Sedangkan bergerak, bekerja dan menyentuh dapat
dilakukan dengan wisata ke sebuah museum, bangunan bersejarah, dan sebagainya.
Namun, itu saja tidak cukup untuk mengingat bila tidak ada pengulangan. Disini,
guru dapat mengadakan kuis sewaktu-waktu ataupun test yang dilakukan kapan
saja. Sehingga pelajar selalu ingat akan apa yang telah dipelajarinya, selain
itu dapat membantu juga ketika ujian sehingga pelajar tidak usah terlalu susah
untuk menghafal kembali. Selain itu, penggunaan kalimat sehari-hari juga dapat
digunakan untuk mempermudah menghafal. Bahkan sebuah permainan dapat dilakukan
untuk mengajarkan bahwa pelajaran sejarah tidak membosankan dan tidak selalu
membaca namun tetap dapat memahami bagaimana jalannya cerita dan tentu saja
menyenangkan..
apa'ann??kne ae remid oog,hadduch..
BalasHapusnek marah y jgn k.q t neek
Hapus