Menjelaskan karakteristik utama dari aktiva tak berwujud.
1.
Dapat diidentifikasi. Jika :
a. Dapat
dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual, dipindahkan, dilisensikan,
disewakan, baik bersama-sama dengan kontrak terkait, asset atau liabilitas
teridentifikasi, terlepas dari apakah entitas bermaksud untuk melakukan hal
tersebut.
b. Timbul
dari kontrak atau hal legal lainnya, terlepas dari apakah hak tersebut dapat
dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak-hak dan
kewajiban-kewajiban lainnya.
2.
Control
Asset
tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan manfaat ekonomis dan dapat
membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomis tersebut.
Contohnya
: formula rahasia.
Pengendalian
tersebut timbul karena adanya hak legal yang memiliki kekuatan dalam suatu
pengadilan
3.
Tidak mempunyai wujud fisik
Dalam beberapa
kondisi asset tak berwujud memiliki elemen fisik sehingga perlu pertimbangan
untuk menentukan apakah suatu asset tersebut merupakan asset berwujud atau tak
berwujud.
Selain itu, ada tiga karakteristik lainnya, yaitu :
a. Kurang
memiliki eksistensi fisik aset
tidak berwujud memperoleh
nilai dari hak
dan keistimewaan atau
privilege yangdiberikan kepada
perusahaan yang menggunakannya
b. Bukan
merupakan instrumen keuanganAset tidak berwujud merupakan instrumen keuangan
dan menghasilkan nilainya dari
hak(klaim) untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan.
c. Bersifat
jangka panjang dan menjadi subjek amortisasiAset tidak berwujud menyediakan
jasa selama periode bertahun-tahun. Investasi dalam asetini biasanya dibebankan
pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi periodik.
Selain tiga karakteristik utama tersebut, terdapat
juga beberapa karakteristik pendukung aset tidak berwujud, yaitu:
a.
Aset tidak berwujud
diperoleh melalui pencairan/pengembangan atau
dibeli baik secaraterpisah atau menjadi satu dengan aset
lain;
b.
Aset tidak berwujud digunakan dalam operasi perusahaan secara tidak langsung.
c.
Aset tidak berwujud sangat dipengaruhi oleh aktivitas pesaing.
d.
Aset tidak berwujud hanya memiliki nilai pada suatu perusahaan.
e.
Aset tidak berwujud bukan ditentukan umur ekonomisnya.
Menjelaskan biaya-biaya yang termasuk penilaian awal aktiva tak berwujud.
Berdasarkan PSAK 19 paragraf 27 (revisi 2009)
biaya perolehan aset tidak berwujud terdiri dari:
a. harga beli, termasuk bea masuk (import), dan pajak
pembelian yang tidak dapat dikembalikan, setelah
dikurangkan diskon dan rabat: dan
b. segala biaya yang dapat dikaitkan secara langsung
dalam mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan.
Setelah
asset diperoleh, entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai
kebijakan akuntansinya. Jika aset tidak berwujud dicatat dengan menggunakan
model revaluasi, maka semua aset lain dalam kelompok tersebut diperlakukan
dengan menggunakan model yang sama, kecuali tidak ada pasar aktif untuk aset
tersebut.
1)
Model Biaya
Setelah pengakuan awal, aset tak berwujud dicatat pada
jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasian dikurangi
akumulasi amortisasi selanjutnya dan akumulasi rugi penurunan nilai aset selanjutnya.
Untuk tujuan revaluasian, nilai wajar ditentukan dengan menggunakan referensi
dari nilai pasar aktif. Revaluasi dilakukan secara rutin sehingga pada akhir
tiap periode pelaporan jumlah tercatat aset tak berwujud tersebut tidak
memiliki perbedaan yang material dengan nilai wajarnya.
Model
revaluasian tidak memperbolehkan :
a)
Revaluasian
aset tak berwujud yang sebelumnya belum pernah diakui sebagai aset.
b)
Pengakuan
awal aset tak berwujud pada jumlah tertentu selain biaya perolehannya.
Jika aset
tak berwujud direvaluasi, maka akumulasi biaya amortisasi pada tanggal
revaluasi:
·
Disajikan
kembali secara proporsional dengan perubahan jumlah tercatat bruto aset
sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi menjadi sama dengan nilai
revaluasiannya, atau
·
Dieliminasi
terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah neto setelah eliminasi disajikan
sesuai dengan nilai revaluasian aset tersebut.
Jika suatu
aset tak berwujud dalam sekelompok aset tak berwujud yang direvaluasi tidak
dapat direvaluasi karena tidak terdapat pasar aktif untuk aset berwujud
tersebut, maka aset tak berwujud dicatat pada harga perolehan dikurangi
akumulasi amortisasi dan amortisasi rugi penurunan nilai.
Jika nilai
wajar aset tak berwujud yang direvaluasi tidak lagi dapat ditentukan dengan referensi
pasar aktif, maka jumlah tercatat aset tak berwujud tersebut adalah nilai
revaluasian pada tanggal terakhir kali revaluasi dilakukan dengan referensi
nilai pasar aktif dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan
nilai.
Jika
jumlah tercatat aset tak berwujud mengalami peningkatan akibat revaluasi, maka
peningkatan tersebut diakui sebagai pendapatan komprehensif lain dan
diakumulasikan di ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun peningkatan
tersebut diakui dalam laporan laba rugi untuk membalik penurunan revaluasi aset
yang diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi.
Jika jumlah tercatat aset tak berwujud mengalami penurunan
akibat revaluasi, maka penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi .
Namun, penurunan tersebut diakui pada pendapatan komprehensif lain jika
terdapat saldo kredit dalam surplus revaluasi atas aset tersebut. Pengakuan
penurunan di pendapatan komprehensif lain mengurangi jumlah yang terakumulasi
di ekuitas pada bagian surplus revaluasi.
Mengilustrasikan prosedur amortisasi aktiva tak berwujud.
PT.
Haliman membeli paten dengan harga perolehan
Rp 300 juta, pada tanggal 1 Januari 2010. Paten tersebut memiliki masa
manfaat 15 tahun.
1 Jan 2010 Paten Rp
300.000.000
Kas Rp 300.000.000
31 Des 2010 Beban Amortisasi Rp 20.000.000
Paten (akumulasi
amortisasi) Rp
20.000.000
*amortisasi
per tahun = Rp 300 jt/15 th = Rp 20 jt.
Menjelaskan jenis-jenis aktiva tak berwujud.
a. Yang
terkait dengan pemasaran
Contohnya: merek dagang atau nama
dagang, nama domain internet.
Merek dagang atau nama dagang
memiliki perlindungan hokum untuk sejumlah pembaharuan kembali yang tak
terbatas dalam masing-masing periode selama 10 tahun.
Mengakpitalisasi biaya akuisisi.
Tidak ada amortisasi.
b. Yang
terkait dengan pelanggan
Contohnya : daftar pelanggan,
catatan pesanan atau catatan produksi, dan hubungan dengan pelanggan yang
terkait kontrak maupun yang tidak.
Mengakpitalisasi biaya akuisisi.
Diamortisasi selama masa manfaatnya.
c. Yang
terkait dengan seni
Contohnya : hak kepemilikan naskah
drama, karya sastra, karya music, gambar, foto, dan materi video dan
audiovisual.
Hak cipta diberikan selama umur
penciptanya ditambah 70 tahun .
Mengkapitalisasi biaya akuisisi.
Diamortisasi selama manfaatnya.
d. Yang
terkait dengan kontrak
Contohnya : perjanjian lisensi,
ijin bangunan, hak siaran, dan kontrak jasa dan pasokan.
Biaya waralaba dengan umur yang
terbatas harus diamortisasisebagai beban amortisasi selama umur waralaba.
Waralaba dengan umur yang tak
terbatas seharusnya dicatat pada biaya dan tidak diamortisasikan.
e. Yang
terkait dengan teknologi.
Contohnya : teknologi yang
dipatenkan, dan rahasia dagang yang
dipatenkan oleh U.S Patent and Trademark Ofiice.
Paten memberikan kepada pemegangnya
hak eksklusif selama periode 20 tahun.
Mengkapitalisasi biaya pembelian
paten.
Segala biaya pengembangan
dibebankan pada saat terjadinya.
Biaya hokum dan biaya lainnya yang
berhasil untuk mempertahankan tuntutan paten didebit ke paten.
f. Goodwill
Hanya dicatat jika keseluruhan
perusahaan dibeli karena tidak dapat dipisahkan dari perusahaan secara
keseluruhan.
Goodwill adalah sisa kelebihan
biaya atas nilai wajar aktiva bersih yang dapat diidentivikasi yang diakuisisi.
Goodwill yang dibuat internal tidak
boleh dikapitalisasikan.
Menjelaskan konsep goodwill.
Hanya
dicatat jika ada pembelian perusahaan, karena goodwill tidak bisa dipisahkan
dengan perusahaan secara keseluruhan.
Goodwill
dicatat sebesar kelebihan harga beli diatas nilai wajar aset yang diperoleh.
Goodwill
yang diciptakan secara internal tidak boleh dikapitalisasi.
Penghapusan
goodwill :
Goodwill memiliki umur tak
terbatas.
Tidak
boleh diamortisasi.
Hanya
disesuaikan nilai bukunya ketika goodwill mengalami penurunan nilai.
Harga kesepakatan (terjadi
saat harga beli lebih rendah dari nilai wajar aset bersih) :
Harga beli lebih rendah dari nilai wajar aset yang
dibeli.
Perbedaan itu dicatat sebagai Laba pembelian.
Mengilustrasikan prosedur akuntansi untuk pencatatan goodwill.
Setelah diakui, goodwill tetap
ada di pembukuan perusahaan pada jumlah awalnya yang tercatat, kecuali jika ada
bukti bahwa nilainya menurun. Keberatan utama perusahaan terhadap metode
pembelian dibandingkan terhadap metode penyatuan kepemilikan adalah karena
metode ini mengakibatkan pengakuan goodwill yang
diamortisasi dan mengakibatkan penurunan laba yang dilaporkan pada tahun
berikutnya. Menurut FASB Statement No. 142, goodwill tidak
lagi diamortisasi untuk tujuan pelaporan keuangan.
1. Goodwill yang diciptakan
secara internal
Goodwill yang
dihasilkan secara internal tidak boleh dikapitalisasi dalam akun, karena
pengukuran komponen goodwill terlalu kompleks dan
menghubungkan setiap biaya dengan manfaat masa depan yang sulit. Goodwill bida
saja muncul tanpa biaya khusus untuk mengembangkannya.
2. Goodwill yang
dibeli
Goodwill hanya
dicatat jika keseluruhan perusahaan dibeli, karena goodwill merupakan
suatu penilaian “going concern” dan tidak dapat dipisahkan dari
perusahaan secara keseluruhan. Untuk mencatatgoodwill, nilai pasar wajar
dari aset berwujud bersih dan aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi
dibandingkan dengan harga beli perusahaan yang diperoleh.
Tiga
pendekatan dasar yang disarakan untuk mengamortisasi goodwill, yaitu:
1. Membebankan goodwill dengan
segera ke ekuitas
Perlakuan
akuntansi goodwill yang dibeli dan goodwill yang
dihasilkan secara internal harus dikonsisten. Goodwill yang
dihasilkan secara internal langsung dibebankan dan tidak tampak sebagai suatu
aset: perlakuan yang sama juga harus diberikan untuk goodwill yang
dibeli.
2. Mempertahankan goodwill untuk
jangka waktu tidak terbatas kecuali terjadi penurunan nilai
Goodwill dapat
memiliki umur yang tidak terbatas dan harus dipertahankan sebagai aset hingga
terjadi penurunan nilai.
3. Mengamortisasi goodwill selama
masa manfaat
Nilai goodwill pada
akhirnya akan menghilang dan sudah sewajarnya jika aset tersebut dibebankan
sebagai beban selama periode yang dipengaruhi. Prosedur ini menyediakan
penandingan biaya dan pendapatan yang lebih baik.

Contoh:
Laba bersih Alfa Company adalah sebagai berikut:
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Jumlah
|
Rp 6.000.000
Rp 5.000.000
Rp 4.500.000
Rp 2.000.000
Rp 3.000.000
Rp 4.000.000
Rp 24.500.000
|
Penghasilan bersih rata-rata per tahun Rp
24.500.000 : 5 = Rp 4.900.000. Penghasilan tiap tahun yang akan datang ditaksir
sebesar Rp 5.000.000. Pada tanggal 1 Januari 2010 aset (tanpa goodwill)
dinilai sebesar Rp 50.000.000, Utang sebesar Rp 4.500.000.
1. Kapitalisasi Pendapatan
Bersih Rata-rata
Jumlah yang
akan dibayarkan untuk perusahaan yang dibeli dihitung dengan mengkapitalisasi
taksiran penghasilan yang akan datang dengan tarif. Selisih jumlah yang akan
dibayarkan dengan nilai bersih aset adalah jumlah yang akan dicatat
sebagai goodwill. Hasil yang diharapkan investasi diharapakan
sebesar 10% maka jumlah yang akan dibayar dihitung sebagai berikut:
Jumlah yang dibayarkan: Rp 4.500.000
x 100/10 =
Rp 4.500.000
Taksiran nilai
aset :
Rp50.000.000 – Rp 5.000.000 = Rp 45.000.000
Goodwill =
Rp 49.500.000
|
2. Kapitalisasi Kelebihan
Penghasilan Rata-rata
Berdasarkan contoh soal yang sama diatas, hasil
yang diharapkan dari investasi tersebut sebesar 10% dan kelebihan penghasilan
akan dikapitalisasi dengan tarif 20%. Kelebihan penghasilan dihitung sebagai
berikut:
Hasil yang
normal :
10% x Rp
45.500.000 =
Rp 4.500.000
Taksiran
penghasilan : =Rp 5.000.000
Goodwill =
Rp 1.000.000
Harga beli perusahaan (termasuk goodwill)
dihitung sebagai berikut:
Nilai
aset :
Rp 50.000.000 – Rp
4.500.000 =
Rp 45.500.000
Nilai goodwill :
Rp 1.000.000
x 100 / 20 =
Rp 5.000.000
Jumlah aset + goodwill =
Rp 50.500.000
|
Menjelaskan permasalahan akuntansi yang berkaitan dengan penurunan nilai aktiva tak berwujud
Permasalahan akuntansi
aktiva tak berwujud tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi terhadap aktiva
tetap, diantaranya adalah penentuan nilai perolehan, perlakuan akuntansi
selanjutnya terhadap nilai perolehan tersebut dalam kondisi usaha normal
(amortisasi), dan perlakuan akuntansi atas penurunan nilai aktiva tak berwujud
yang material dan permanen.
Kesulitan yang dihadapi dalam pemecahan masalah perlakuan
akuntansi aktiva tak berwujud ada
umumnya disebabkan oleh sifat aktiva tersebut, seperti
tidak adanya wujud fisik yang menyebabkan bukti keberadaannya kabur, dan
kesulitan dalam penentuan nilai perolehan serta masa manfaat keekonomiannya.
Ciri khas aktiva tak berwujud yang
paling utama adalah tingkat ketidakpastian mengenai nilai dan manfaatnya di
kemudian hari. Aktiva tak berwujud ada
dan mempunyai nilai karena eksistensinya yang berkaitan dengan aktiva berwujud
perusahaan .
Penurunan nilai aset
tak berujud dengan umur terbatas.
Sama
dengan penurunan nilai pada aset tetap.
Contoh :
Nilai
buku hak paten setelah penurunan nilai adalah $2,000,000. biaya amortisasi
sebesar $400,000 ($2000,000 / 5) sisa umur hak paten tinggal 5 tahun. Biaya
amortisasi dan nilai buku setelah penurunan nilai dapat dilihat pada tabel
berikut ini:

Penurunan nilai aset tak
berujud dengan umur tak terbatas.
Harus
dilakukan pengujian apakah mengalami penurunan nilai paling tidak setiap tahun.
Uji
penurunan nilai sama seperti aset tak berujud dengan umur terbatas. Yaitu:
Bandingkan
nilai yang bisa dihasilkan dengan nilai buku aset.
Jika
nilai yang bisa dihasikan lebih kecil berarti aset tak berujud mengalami
penurunan nalai.
Contohnya
:
Arcon
Radio membeli lisensi penyiaran seharga $2,000,000 dari GCC. Lisensi tersebut akan diperpanjang setiap 10
tahun sekali dengan biaya yang minimum. Arcon Radio telah memperpanjang lisensi
dua kali. Saat ini PT GCC memutuskan untuk tidak memperpanjang lagi dan akan
menjual kepada penawar tertinggi. Berdasarkan kondisi saat ini PT Acon memperkirakan
nilai wajar dikurangi biaya penjualan sebesar
$1,500,000.
Carrying
Value $2,000,000
Recoverable
amount ( 1,500,000)
Loss on
impairment $ 500,000
Mengilustrasikan penyajian aktiva tak berwujud
di Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan
Aset tak berujud
dilaporkan sebagai item yang terpisah.
Pelaporannya seperti
pelaporan pada aset tetap (PPE)
Contra accounts tidak boleh diperlihatkan untuk aset
tak berujud. Perusahaan harus melaporkan secara terpisah seluruh aset tak
berujud kecuali goodwill.
Laporan
Laba (rugi)
Biaya amortisasi.
Kerugian penurunan nilai dan kenaikan kembali selain
goodwill dipisahkan (biasanya pada bagian operasi).


Daftar pustaka
Intermediate Accounting IFRS Edition Kieso,
Weygandt, and Warfield
Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK
1 oleh Dwi Martani, Sylvia Veronica NPS, dkk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar